Jakarta, BSINews — Saat ini musik dangdut merupakan musik nasional yang harus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia terutama oleh anak muda. Banyak masyarakat Indonesia yang menyukai irama pada musik dangdut, dan musik dangdut juga musik yang berperngaruh dalam musik di Indonesia.
Baca Juga: Makna Fashion Dalam Penggunaan Masker Di Akun Instagram
Dalam setiap pertunjukan Musik Dangdut di Indonesia saat ini selalu muncul jargon “Cendol Dawet” menarik untuk diteliti. Adapun jargon tersebut tidak hanya Cendol Dawet saja. Jargon tersebut ada kelanjutan kalimat tersebut.
Representasi Jargon Cendol Dawet tersebut melalui sudut pandang disiplin Ilmu Komunikasi. Representasi tersebut akan diteliti melalui teori Semiotika Roland Barthes. Penulis memilih teori tersebut dengan harapan bagaimana makna yang ada dibalik jargon “Cendol Dawet” pada Industri dangdut di Indonesia.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes karena memaknai tandai adalah proses komunikasi. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Dalam jargon ini menyebutkan bahwa Cendol Dawet yang diulang beberapa kali yang menandakan adanya penekanan intonasi agar terdengar lebih jelas dan mudah diingat. “Lima ratusan ga pake ketan”. Pada kalimat tersebut memiliki makna denotatif memberikan keterangan bahwa minuman Dawet memiliki harga murah dan mudah dijangkau serta bisa dinikmati oleh semua kalangan. Selanjutnya “Ji, ro, lu, pat, limo, enem, pitu, wolu” merupakan singkatan yang berasal dari Bahasa Jawa yaitu angka, Siji, Loro, Telu, Papat, Limo, Enem, Pitu, Wolu yang jika diterjemahkan pada Bahasa Indonesia adalah Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam,Tujuh dan Delapan. Hitungan tersebut biasa digunakan untuk memberi aba-aba atau tanda dimulai sebuah nyanyian atau Gerakan dalam tarian. Lalu pada kalimat “Tak kintang-kintang, tak kintang- kintang, tak kintang-kintang.” Merupakan nyanyian yang biasa ditunjukan untuk anak balita jika sedang menangis dengan maksud memberikan penghiburan.
Baca Juga: Makna Komunikasi Perempuan Sunda Pada Tembang Cianjuran
Jargon dalam Musik Dangdut di Indonesia yaitu cendol dawet mampu merepresentasikan Kebersamaan. Melalui Jargon Cendol Dawet ciptaan Abah Lala ini merupakan sebuah represntasi sebuah kebersamaan yang dilakukan oleh penyuka musik dangdut. Jargon musik dangdut yang selalu terdengar seronok berubah dengan jargon yang positif dan menyatukan semua penyuka musik dangdut baik Koplo, Campur sari, Dangdut Melayu dan semua jenis musik dangdut lainnya.
Analisa semiotika Roland Barthes merupakan metode yang tepat dalam mencari makna melalui Lirik Lagu, atau Jargon. Dalam ini penelitian ini ditemukan makna kebersamaan penyuka musik dangdut melalui Jargon dengan menggunakan metode tersebut. (RDX)